BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Salah satu ragam
sosial yang bertalian dengan pokok bahasan modul ini adalah ragam bahasa
Indonesia. Ragam ini diperoleh melalui
pendidikan formal di sekolah. Karena itu, ragam ini lazim juga disebut ragam
bahasa (Indonesia) sekolah. Ragam ini juga disebut ragam (bahasa) tinggi. Dalam
kaitan ini patut dicatat bahwa bahasa Melayu yang diikrarkan sebagai bahasa
Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 tentulah ragam bahasa Melayu Tinggi pada
waktu itu. Ragam bahasa kaum terpelajar itu biasanya dianggap sebagai tolok
untuk pemakaian bahasa yang benar. Oleh karena itulah maka ragam bahasa sekolah
itu disebut juga (ragam) bahasa baku (lihat Alwi et al. 1993). Mengingat ragam
bahasa baku itu digunakan untuk keperluan berbagai bidang kehidupan yang
penting, seperti penyelenggaraan negara dan pemerintahan, penyusunan
undang-undang, persidangan di pengadilan, persidangan di DPR dan MPR, penyiaran
berita melalui media elektronik dan media cetak, pidato di depan umum, dan,
tentu saja, penyelenggaraan pendidikan, maka ragam bahasa baku cenderung
dikaitkan dengan situasi pemakaian yang resmi.
Dengan kata lain,
penggunaan ragam baku menuntut penggunaan gaya bahasa yang formal.
B.
BATASAN
MASALAH
Dalam Makalah
ini kita akan mengkaji tentang “Penyusunan Kalimat Bahasa Indonesia Ragam
Formal”. Batasan masalah yang di hadapi adalah :
a.
Penerapan Diksi (Pilihan Kata) dalam Kalimat
Ragam Formal
b. Penggunaan
Struktur Kalimat Bahasa Indonesia
c.
Penyusunan Kalimat Baku
BAB II
PENYUSUNAN KALIMAT BAHASA INDONESIA RAGAM FORMAL
A.
Penerapan
Diksi (Pilihan Kata) dalam Kalimat Ragam Formal
Diksi
dalam hal ini dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa,
ungkapan-ungkapan seseorang untuk mengungkapkan kalimat
dalam bentuk resmi (Formal). Agar menghasilkan kalimat yang menarik, diksi atau
pemilihan kata harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.
Ketepatan dalam
pemilihan kata dalam menyampaikan gagasan.
2.
Pengarang harus
memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai
dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang
sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembaca.
3.
Menguasai berbagai
macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang
jelas, efektif, dan efisien.[1]
Contoh Kalimat:
1)
Hari ini Anggota Kelompok Tani Maju
akan mengadakan temu ramah dengan Penduduk Desa Batang Hari.
2)
Minggu ini Para TNI dan ABRI ingin
mengadakan kegiatan ABRI Masuk Desa di wilayah Suka Maju bersama para penduduk
setempat guna menjaga K5 di wilayah tersebut.
Kedua
Kalimat diatas memiliki makna yang sama, tetapi dalam pemilihan kata atau
diksi, kalimat kedua lebih menarik bagi pembaca karena enak dibaca dan tidak
membosankan.
Disamping
itu, dalam penerapan Diksi (Pilihan Kata) kalimat kalimat ragam Formal, ada
juga yang berpendapat bahwa ada beberapa syarat lain untuk penerapan pilihan
kata ragam formal, antara lain:
1.
Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna
dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai
dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah
kata secara objektif. Makna denotatif sering disebut makna konseptual.
Misalnya, kata makan yang bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah
dan ditelan.
Makna konotatif adalah makna
asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi
dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan
pada makna konotatif berarti untung atau pukul. Makna konotatif selalu berubah
dari zaman ke zaman. Contoh lainnya misalnya kamar kecil dapat bermakna
konotatif jamban, sedangkan makna denotative adalah kamar yang kecil.
2.
Makna Umum dan Makna Khusus
Kata umum adalah kata yang
acuannya lebih luas. Kata khusus adalah kata yang acuannya lebih sempit atau
khusus. Misalnya ikan termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari ikan
adalah mujair, lele, gurami, gabus, koi. Contoh lainnya misalnya lele dapat
menjadi kata umum, jika kata khususnya adalah lele lokal, lele dumbo.
3.
Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata konkrit adalah kata yang
acuannya dapat diserap oleh pancaindra. Misalnya meja, rumah, mobil, air,
cantik, hangat, wangi, suara. Sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya
sulit diserap oleh pancaindra. Misalnya perdamaian, gagasan. Kegunaan kata
astrak untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak dapat membedakan secara
halus antara gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Pemakaian kata abstrak
yang banyak pada suatu karangan akan menjadikan karangan tersebut tidak jelas
dalam menyampikan gagasan penulis.
4.
Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau
lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tapi bentuknya berlainan.
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Misalnya
kata cermat dan cerdik yang keduanya bersinonim, tetapi keduanya tidaklah sama
persis.
5.
Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata ilmiah merupakan kata-kata
logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum pelajar dalam berkomunikasi maupun
dalam tulisan-tulisan ilmiah seperti karya tulis ilmiah, laporan ilmiah,
skripsi, tesis, desertasi. Selain itu digunakan pada acara-acara resmi. Kata
popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari
masyarakat umum.[2]
B.
Penggunaan
Struktur Kalimat Bahasa Indonesia
Dalam menggunakan
Bahasa Indonesia, perlu juga diperhatikan Struktur Kalimatnya. Hal ini berguna
agar kita bisa mengetahui apakah kalimat tersebut baku atau tidak, di samping
itu kita bisa juga mengetahui bagaimana menggunakan kalimat bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
suatu pikiran yang utuh. Karena itu, kalimat dapat dilihat sebagai satuan dasar
dalam suatu wacana atau tulisan. Suatu wacana dapat terbentuk jika ada minimal
dua buah kalimat yang letaknya berurutan dan sesuai dengan aturan-aturan
wacana.[3]
Suatu
pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurang-kurangnya
terdapat predikat(P) dan subjek(S), baik disertai objek(O), pelengkap, atau
keterangan(Ket) maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat
tersebut.[4]
Dalam berbahasa,
baik secara lisan
maupun tulis, kita
sebenarnya tidak mengunakan kata-kata secara
lepas. Akan tetapi,
kata-kata itu terangkai
mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah
rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Rangkaian
kata yang dapat
mengungkapkan gagasan, pikiran,
atau perasaan itu dinamakan kalimat.[5]
Untuk menggunakan struktur kalimat bahasa
Indonesia, ada hal yang perlu diperhatikan, hal tesebut adalah Pola Dasar
kalimat bahasa Indonesia.
Pola dasar
kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:[6]
1.
Kalimat
Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan
predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda,
kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
a. Mereka
/ sedang berenang.
S /
P (kata kerja)
b. Ayahnya
/ guru SMA.
S
/ P (kata benda)
c. Gambar
itu / bagus
S
/ P (kata sifat)
d. Peserta
penataran ini / empat puluh orang
S / P (kata bilangan)
2.
Kalimat
Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, dan objek. Misalnya:
a. Mereka
/ sedang menyusun / karangan ilmiah
S /
P / O
3.
Kalimat
Dasar Berpola S P Pel (Pelengkap).
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Misalnya:
a. Anaknya
/ beternak / ayam
S /
P / Pel.
4.
Kalimat
Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Misalnya:
a. Dia
/ mengirimi / saya / surat
S
/ P /
O / Pel.
5.
Kalimat
Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan. Misalnya:
a. Mereka
/ berasal / dari Surabaya
S /
P / K
6.
Kalimat
Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Misalnya:
a. Kami
/ memasukkan / pakaian / ke dalam lemari
S
/ P /
O / K
C.
Penyusunan
Kalimat Baku
Ada
beberapa istilah yang dalam konteks soal tes memiliki pengertian yang sama atau
dapat disamakan dengan kalimat baku. Istilah-istilah itu, misalnya, kalimat
efektif dan kalimat yang baik dan benar. Kalimat baku adalah sebuah kalimat
standar yang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah
mempergunakan kalimat-kalimat yang secara umum dikenal sebagai ragam tulis
formal.[7]
Meskipun banyak di antara kita pernah membaca atau bahkan menulis karya ilmiah,
kemampuan kita mengenali atau menulis dengan kalimat yang baku masih sedikit
yang memilikinya.
Sebuah
kalimat dapat dikategorikan sebagai kalimat baku jika penyusunannya memenuhi
syarat-syarat: (1) struktur kalimat, (2) bentukan kata, (3) makna kalimat, dan
(4) kaidah ejaan. Keempat syarat tersebut harus dipenuhi. Jika ada yang tidak
terpenuhi, kalimat tersebut tidak dapat disebut kalimat baku.[8]
Contoh
kalimat baku
1. Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
2. Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara.
3. Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan
tuntas.
4. Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan.
5. Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan
Regu B.
6. Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah
yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Agar
menghasilkan kalimat yang menarik, diksi atau pemilihan kata harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1.
Ketepatan dalam
pemilihan kata dalam menyampaikan gagasan.
- Pengarang harus memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembaca.
- Menguasai berbagai macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif, dan efisien.
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
suatu pikiran yang utuh. Karena itu, kalimat dapat dilihat sebagai satuan dasar
dalam suatu wacana atau tulisan. Suatu wacana dapat terbentuk jika ada minimal
dua buah kalimat yang letaknya berurutan dan sesuai dengan aturan-aturan wacana
Menguasai
berbagai macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi
kalimat yang jelas, efektif, dan efisien.
Sebuah
kalimat dapat dikategorikan sebagai kalimat baku jika memenuhi syarat-syarat:
(1) struktur kalimat, (2) bentukan kata, (3) makna kalimat, dan (4) kaidah
ejaan. Keempat syarat tersebut harus dipenuhi agar menjadi kalimat baku.
B.
SARAN
Dalam pembuatan tugas ini penulis menyadari bahwa dalam
tugas ini masih banyak terdapat kesalahan oleh karena itu penulis mengaharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun agar kesempurnaan tugas ini untuk
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Akhaidah, Sabarti,dkk.1989.Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbit Erlangga
Keraf,
Gorys. 1985, Diksi dan Gaya Bahasa,Jakarta: Gramedia, 1985
tt.,2011,
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Bandung : Yrama Widya,
[3]http://www.Struktur-Kalimat.doclecturer.ukdw.ac.id/othie/Pengertian
Kalimat.pdf
[4] Ibid
[5]
Akhaidah, Sabarti,dkk.Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989), h.
[6] Ibid, h.
[7] tt., Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. (Bandung : Yrama Widya,
2001)